Saturday 23 November 2013

help me to help myself

and for I have never experienced being poor, never accepted circumstances which make me feel so. for I was born wealthy and never lack a thing. for I was educated with pride, independence and self-sufficiency.

think I need a hand to understand. a voice to tell me to stay. for I was always eventually leave before it hurts, while it require poverty and wealth to really be us.

and it's nothing to do with materials.

"The most terrible poverty is loneliness, and the feeling of being unloved." - Mother Teresa

Friday 22 November 2013

dalam tatapan, aku sedang menjalankan perintah kitab suci

senyummu membikin aku jadi enggan mereguk bibir itu,
bagaimana bisa sebuah pertunjukan agung para dewa kurusak demi fana manusia?
dan ukirannya, sudut janggal di ujungnya;
ah, betapa mudah alam menyampaikan lembah terdalam dan puncak tertinggi jiwa di aneka derajat busur bibir kita. 

apa yang tidak terjawab oleh kecup panjang dan senggama panas, adalah sesederhanya senyum:

kasih.

Tuesday 15 October 2013

maaf, rendra. saya sedang menikmati khilaf.

serentang kita yang terjarak oleh tempuh,
atau sebuah kita yang duduk bersama terlekang oleh sibuk,

tapi rasa adalah lampauan dimensi di mana cinta adalah cinta,
sampai lupa bagaimana caranya untuk cemburu - atau memang tidak tahu;

sepolos kita menikmati kosong yang memisahkan kedalaman cakap dan kedangkalan canda, serta ketidakterjamahan semua jembatan untuk menjamah ia yang disebut roh di dalam puisiku dan denting nadamu;

dan tapi cinta adalah cinta,
walaupun sebuah kita duduk bersama terlekang oleh sibuk.

melihatimu, aku jadi toleran terhadap sajak roman yang lupa bicara perihal ketidakadilan hari ini.

Sunday 6 October 2013

dempo 2, 21

cangkir kopi digarap susu basi berbau plastik undangan banting tulang dua puluh empat jam per dua puluh empat jam,
kubeli empat puluh ribu lalu kita nongkrong sampai pagi.
panas mendidih tercandu-candu tapi sejarah masih gagal berhenti, kita putar dalam cobek, digerus dibumbu lalu ditumbuk tapi rasanya masih amis bau susu basi.
lalu teori siapa di bilik tidurmu yang bisa bikin main tabik-tebak-tabokan perundang-undangan dan kangkang-kangkangan demokrasi lebih berasa meracik kopi susu basi daripada menunggu asuransi gratisan?

cewek-cewek berkutang mengajakku nongkrong lagi sampai pagi, mencari pak guru yang paling seksi.

Monday 23 September 2013

jika merayapi garis waktu ke belakang

namamu adalah entah bagaimana.

bagaimana bertemu?
entah bagaimana. yang pasti tak sengaja.
bagaimana mulai jatuh?
entah bagaimana. yang pasti sudah dihindari lalu tiba-tiba terperangkap tak bisa lari.
bagaimana hari-hari dilewati?
entah bagaimana. ada-ada saja kasusnya...

semuanya adalah kebetulan yang dituturkan semesta. atau memang kausalitas melampaui kemampuan kehendak kita untuk merekayasa?

lalu, bagaimana nanti berpisah?
entah bagaimana...

Monday 26 August 2013

normally, things should be easier


"If I fall in love with you the only method I know to quit will be hiding and vanish ourselves from one another. I'm trying hard to reverse those feelings back but still, I'm in it. And now - finding myself staring jealously to a seemingly lovely angel, I wonder how years ahead will be."

Maaf, saya kalah.

Tuesday 20 August 2013

hello, ruin...

"Ask. Ask honestly to your conscience. What are you trying to prove? A better life than someone else? A more superior character? Ability to carry on? Or simply hiding from your own guilty feeling? Refrain, hold. Life's a circle of them all, try your best: degrade yourself not, damage other people not."

Thursday 15 August 2013

dari haluan rindu

Mendung temaram bertutur pelan
Mengapa peluk dan pagut yang ingin dilupa justru semakin menyerbu?
Mungkin karena tatapmu yang biasa dingin dan berjarak jadi teduh saat hidung dan dahi kita bertemu
Dan aku ragu
Mungkin kasih hadir di hari itu, bukan nafsu

Pulang, Pengelana...



Kabut menjelma jadi embun
Menceritakan nafas jernih teratur
Pengelana-pengelana kota yang mencari sejenak lari dari pekat

Aku menjelma jadi kamu
Kita jadi mereka
Pohon jadi belantara
Tunggal dan jamak tak lagi kentara
Semua bersama rayuan angin yang berbisik pelan-pelan
Dan cumbuan dingin yang menggigiti diam-diam

Daun dan akar berusaha menyapa
Apakah kau dengar, wahai jiwa?
Diselipkan ke genggammu
sedikit indah
Yang mengundang pulang,
saat mulai lagi kau mati

Thursday 18 July 2013

mengapa kami berjalan, sendirian


Aku dan kamu, dan kamu-kamu yang lainnya, selamanya cukup saling kenal dalam pengalaman indera kita di subuh, senja, siang terik ataupun malam berbadai itu. Karena perjalanan merekatkan apa yang tidak terkatakan oleh kata; dan semesta memberikan manusia kesempatan untuk merasakan, menikmati, berada pada waktu, momen, perasaan yang hanya itu. Tidak terpaut sang lalu dan sang mendatang. Tidak terikat untuk bertemu lagi ketika pulang.

Karena yang tidak pernah terkatakan di tempat yang mengikat bisa meluncur dengan tenang selama kita saling menjamin untuk tetap asing. Dan bicara tentang hidup, luka, dan seacak-acaknya alam semesta begitu ringan ketika kita tahu kita akan saling menghilang.

Kita semua telah menyepakati hukum yang sama: bahwa aku dan kamu-kamu akan saling menemani dalam batas waktu yang tentu. Mewarnai sehari dua hari biar berarti, ketika selanjutnya menantang mental untuk tidak saling terobsesi.

Wednesday 10 July 2013

bolehkah?


lari.

yang jauh.

lupa.

kan.

ada banyak cerita.

bayi mati dibuang ibunya. istri sedih diselingkuhi suami. bahan bakar dan subsidi. orang miskin tergusur. negara kurang banyak duit. hakim A, B, C, tidak becus. pembangunan salah tujuan. parlemen mengundangkan A, B, C amburadul semua. ambisi si dia, si dia, si dia yang lain. si dia meratapi romansa tai yang tak selesai-selesai. baju menunggu dilipat. tukang ojek promosi angkutan 24 jam. kafe-kafe minta disantap.

ada banyak harus dikerjakan.

lari.

penuhi otak.

lari!


...

aku cuma rindu kamu.

harus terus lari?

Monday 1 July 2013

Langit di Atas Laut




Aku mau muntah melihati langit di atas laut...

Semburat yang tak akan cacat.
Oranye dan biru.

Seandainya pahitku dan nafsumu boleh berpadu jadi harmoni warna lembayung memagut ombak.
Bukan topeng yang sembunyikan borok menahun busuk berkabung, permanen menginfeksi,
makin parah,
makin parah,
makin parah.

Seandainya bibir yang dirampok sekian kali,
Setubuh yang dicuri sekian kali,
Peluk yang dimanipulasi sekian kali,
Liukan jemari yang berlomba dengan air dari kelopak mata memohon belas kasihan buat dia yang setengah mati mencari beda cinta dan birahi. Sekian kali.
Dikhianati ekspektasi sendiri.
Oranye dan oranye.
Biru dan biru.
Nafsu dan nafsu.

Aku mau muntah melihati langit di atas laut.
Yang menjanjikan masa lalu bisa dianggap angin sekedar lalu.
Muntah.
Kabur dan ketakutan.
Muntah.
Digerayangi dan diciumi.
Muntah.
Disayang dan diminta maafi.
Muntah.
Dipuja bagai dewi suci.
Muntah.
Menunggu diselamatkan.
Muntah.
Aku sudah tidak bisa berfikir jernih.
Semua membikin muntah.

Aku masih muntah melihati langit di atas laut...

Pertaruhan yang sudah permanen cacat.
Oranye dan biru.

Monday 17 June 2013

kontemplasi painkiller


ini racun, sayang.

bukan, ini obat.

malu aku menenggaknya. katamu kan kekuatanmu melampaui segala rasa sakit?

obat juga kekuatan pikiran. pikiran manusia-manusia terdahulu yang sudah melalui ribuan percobaan gagal, melampaui rasa sakit jutaan orang, menyaksikan yang mati dan bertahan.

lalu, rasa sakit ini apa? dia sudah mengalami ratusan kali sakit hati dan tidak perlu menenggak racun ini. kalau kau mau bekerja sama denganku, rasanya kita bisa memberangus rasa sakitnya kali ini. seperti yang lalu-lalu.

ini saraf, bukan cuma perasaan. aku bisa mengontrol perasaan. perasaan tidak akan berdampak banyak ke kau selama masih dalam kontrolku. aku bisa mengontrol kau, tapi ada kalanya kau yang mengontrolku. rasa sakit akan membuat kau mengaktifkan bagian binatang dariku. dan itu saja yang berfungsi, naluri bertahan hidup. lihat, dia sudah kehilangan pesona berpikirnya, bahkan kau bisa merasakan ada kehangatan yang menjadi dingin dari karakternya.

apa kau kuat mewujudkan ambisinya?

bukan apa aku yang kuat pertanyaannya, tapi apa dia kuat? aku punya batasan koordinasi dengan saraf, sekalipun kenaifan dan tekadnya mungkin bisa mencegahnya dari mengambil dosis berlebih. tapi lingkungannya sudah memprogramku mudah, seperti kamu juga sudah terprogram mudah. kaumnya di dimensi waktu ini tidak biasa menghadapi rasa sakit - karena semuanya mudah. obat mengontrol penerimaan mental seseorang, memasang garis awal dari toleransi rasa sakit.

racun. tiap tenggak tambahan cuma membuat kita makin melemah.

mungkin memang ya, tapi ini membantu aku maupun kau untuk tetap normal.

ini bukan normal. ini manipulasi.

200 juta tahun mereka hidup dengan memanipulasi semuanya untuk bertahan hidup. dengan mudah tentunya.

kalau aku sudah terlalu sakit, apakah kau masih ada?

aku ada terus sampai dia mati. ayolah, aku adalah penentu definisi mati, tidak mungkin aku menghilang sebelum dia mati. tapi kau mungkin tidak bisa bicara denganku. cuma ada naluri binatang dalam skala tinggi rasa sakit. ambisinya ketinggian, tapi tidak apa-apa, kau masih bisa ditemani hati.



"kami titip amanah, bapak..."


kami terbatas elektabilitas
kami terbatas elektabilitas
kami terbatas elektabilitas
kami tak punya kapasitas, jika bukan elektabilitas

karena kebenaran hanyalah suara mayoritas
karena perjuangan hanya pemuas mayoritas
karena mayoritas terlalu mudah dibuat bias,
atau tak perduli kalau isu belum panas,
kami tak perlu mendidik, cukup membeli mayoritas

kami terbatas elektabilitas
kami terbatas elektabilitas
kami terbatas elektabilitas
kami tak punya kapasitas, jika bukan elektabilitas

*) terima kasih kepada Bapak Bobby A. Rizaldi dari Komisi VII DPR atas kejujurannya di ruang publik bahwa bagi politisi isu apapun ada di bawah prioritas elektabilitas, bahwa bumi juga harus bertoleransi pada elektabilitas

Saturday 1 June 2013

seharusnya tidak

terlalu sering kita harus menjadi amnesia. terlalu sering harus membuang yang dulu gemilang. kita telah diajar pengalaman, namun kadang penyangkalan tetap gagal mempertahankan jarak aman.

hati, nurani, otak dan badan bukan kawan yang selalu sejalan, apalagi ketika dipadu dengan pilihan. bukannya tepat macam-macam dengan kau - terlalu berharga kalau suatu hari harus kubuang. karena aku tak mau memulai saat pemikir tak bisa berpikir, dan mengakhiri saat pecinta tak lagi mencinta.

maafkan benteng ini,
sempat gagal bertahan.

Wednesday 10 April 2013

nama mereka pecinta alam





Kalau saja semua orang terlahir dengan kesadaran,
Mungkin bumi bisa lebih efisien mengobati penderitaannya

Sayangnya, kesadaran adalah ujung dari sebuah proses jutaan tahun.
Dan mereka yang sudah tahu belum tentu tahu malu

Nama, kadang cuma sebuah pengkhianatan

Wednesday 20 February 2013

and what sin have I committed to be punished this way?


"namun ada kala pria tak berdaya,
tekuk lutut di sudut kerling wanita"

but why me again, Lord, the one you choose to witness the disgusting, immoral side of such respective men with honorable reputation?