Friday 27 August 2010

some people build walls, not to keep others out. but to see who cares enough to break them down.

Kekasih Untuk Ibuku

Siapa punya hati tak berduka?
Mendengar sang ayah bercerita, "Seandainya bukan Ibumu yang mendampingiku, tentu telah kuraih bintang kejora"
Puluhan cerita hampa, membagi hempasan harapan yang telah jadi puing.
Ratusan rindu dimesra, kepedihan ikatan tanpa cinta.
Sehidup semati.
Tiada kama sampai mati.
Oala, betapa kasihannya. Tidakkah Tuhan terpikirkan perkara ini, tatkala Ia begitu bijak memberi petuah-petuah agung?

Aku ingin mencarikan kekasih untuk Ibuku.
Seseorang yang melapangkan dada untuk Srikandi yang bertahan dalam terpaan puting beliung kehampaan cita.
"Apalah yang kupunya, hanya darma baktiku pada suamiku"
Ya Ibu, suamimu telah empunya wanita lain yang ia agungkan.
Carilah untukmu yang mau mengagungkan.

Aku ingin mencarikan kekasih untuk Ibuku.
Yang melantunkan syukur atas dewi ketaksempurnaan itu.
Yang menggali harta terpendam, ketulusan cinta yang belum berpaut dengan tepat namun terlanjur tertambat tak bisa dilepas.
Tak apa, aku hanya ingin Ibuku bahagia.

Aku tertawa membayangkan apa kata dewa-dewa.
Betapa tiada darmamu, wahai anak muda, ingin mencarikan kekasih untuk ibumu, isteri ayahmu?
Namun kan kujawab: Bukankah tak mudah mencari bahagia, wahai dewa? Haruskah aku pasrah pada karma? Maafkan, bahagia kupikir bisa dicari. Akan kucarikan kekasih untuk Ibuku.