Tuesday 15 October 2013

maaf, rendra. saya sedang menikmati khilaf.

serentang kita yang terjarak oleh tempuh,
atau sebuah kita yang duduk bersama terlekang oleh sibuk,

tapi rasa adalah lampauan dimensi di mana cinta adalah cinta,
sampai lupa bagaimana caranya untuk cemburu - atau memang tidak tahu;

sepolos kita menikmati kosong yang memisahkan kedalaman cakap dan kedangkalan canda, serta ketidakterjamahan semua jembatan untuk menjamah ia yang disebut roh di dalam puisiku dan denting nadamu;

dan tapi cinta adalah cinta,
walaupun sebuah kita duduk bersama terlekang oleh sibuk.

melihatimu, aku jadi toleran terhadap sajak roman yang lupa bicara perihal ketidakadilan hari ini.

Sunday 6 October 2013

dempo 2, 21

cangkir kopi digarap susu basi berbau plastik undangan banting tulang dua puluh empat jam per dua puluh empat jam,
kubeli empat puluh ribu lalu kita nongkrong sampai pagi.
panas mendidih tercandu-candu tapi sejarah masih gagal berhenti, kita putar dalam cobek, digerus dibumbu lalu ditumbuk tapi rasanya masih amis bau susu basi.
lalu teori siapa di bilik tidurmu yang bisa bikin main tabik-tebak-tabokan perundang-undangan dan kangkang-kangkangan demokrasi lebih berasa meracik kopi susu basi daripada menunggu asuransi gratisan?

cewek-cewek berkutang mengajakku nongkrong lagi sampai pagi, mencari pak guru yang paling seksi.